Rabu, 30 September 2020

Mengenal Tradisi Saat Chilseok (Cerita Dongeng Korea Gyeonwoo dan Jiknyeo)

Annyeong haseyo chingu! Hi teman-teman~

Sebelum masuk ke inti tulisan ini, aku mau tanya apakah kamu pernah mendengar cerita dongeng ver Korea sebelumnya? Jika sudah, cerita dongeng apa yang kamu tau? Tulis di kolom komentar ya chingu ^.^

Jika di Indonesia punya banyak sekali cerita dongeng, seperti bawang merah-bawang putih, timun mas dan lain sebagainya. Ternyata, Korea juga punya lho cerita dongeng dan tradisi dibalik cerita tersebut. Seperti cerita dongeng Gyeonwoo dan Jiknyeo atau dikenal dengan Chilweolchilseok/Hari Pertemuan Gyeonwoo dan Jiknyeo yang baru aku tau saat aku mengikuti Korean Culture Day pada 29 Agustus 2020 di King Sejong Institute Center Indonesia (KSIC Indonesia) via online Zoom.

Gyeonwoo dan Jiknyeo adalah sepasang kekasih yang sangat romantis dan juga disukai oleh banyak orang, namun karena kesalahan yang telah mereka perbuat mereka akhirnya dihukum dengan cara dipisahkan. Walaupun dipisahkan, mereka masih bisa bertemu, tapi pertemuan mereka hanya terjadi satu kali dalam setahun. Itulah kenapa di hari pertemuan mereka disebut dengan hari chilseok yang jatuh setiap tanggal 7 Juli (lunar) atau 25 Agustus (masehi). Untuk cerita selengkapnya kamu bisa tonton di Youtube channel aku ya (klik link Hari Pertemuan Gyeonwoo dan Jiknyeo di bawah ini) dan jangan khawatir videonya berbahasa Indonesia kok, karena aku sendiri yang dubbing suaranya hihi. Happy watching!

Gyeonwoo atau disebut sebagai bintang Altair adalah seorang pemuda penggembala sapi yang diperintahkan oleh Kaisar langit untuk pergi ke langit bagian timur (도쪽/Dongjjog). Sedangkan, Jiknyeo atau disebut sebagai bintang Vega adalah seorang putri penenun yang diperintahkan oleh Kaisar langit untuk pergi ke langit bagian barat (서쪽/Seojjog). Perintah Kaisar langit itulah yang kemudian menjadi hukuman bagi mereka berdua.

Kalau kamu sudah menonton cerita dongeng ini, kamu pasti tau burung gagak dan burung murai yang membuat jembatan untuk mempertemukan Gyeonwoo dan Jiknyeo kan? Ternyata, saat hari chilseok tiba, kedua burung itu akan memberikan tanda dengan terbang memenuhi langit di beberapa daerah di Korea lho! Hal ini dijelaskan oleh Kak Kimberly salah satu staf di KSIC, jadi bukan aku ya yang merasakannya sendiri hehe.

Turunnya air hujan yang merupakan air mata Gyeonwoo dan Jiknyeo juga memiliki arti tersendiri. Chilseok-bi atau yang berarti hujan, dimana di hari pertama pertemuan Gyeonwoo dan Jiknyeo adalah air mata kebahagiaan karena di hari itu mereka bisa bertemu, sedangkan di hari kedua adalah air mata kesedihan karena mereka harus berpisah kembali.

Di Korea tepatnya di daerah Cheongnam, jika air hujan turun saat hari chilseok masyarakat percaya bahwa air hujan tersebut dapat meredakan rasa panas di musim panas (karena hari chilseok bertepatan dengan musim panas di Korea). Namun, berbeda jika air hujan turun di daerah Andong, Cheosangbuk-do saat hari chilseok, dimana masyarakat percaya bahwa air hujan akan mendatangkan gagalnya panen pada pertanian mereka.

Selain air hujan, hari chilseok juga identik dengan makanan khasnya yang dipercaya jika sudah memasuki musim dimana angin mulai dingin, maka makanan yang terbuat dari terigu tidak akan enak. Hal ini dikarenakan chilseok adalah masa terakhir musim panas sehingga warga Korea akan memasak makanan dari terigu, seperti Miljeonbyeong (밀전병), Baekseolgi (백설기), dan Hobakjeon (호박전).

Tidak hanya hari Chuseok atau Seollal yang memiliki tradisi dan adat tertentu, di hari Chilseok pun juga ada. Seperti Geolgyo, dimana para wanita memohon kepada bintang supaya kemampuan menjahit mereka meningkat. Tradisi ini dipercayai karena Jiknyeo dianggap sebagai dewi penjahit. Kemudian, para pelajar yang memohon kepada bintang supaya kemampuan mereka dalam membuat puisi dan menulis meningkat. Lalu ada Chilseoknori serta Yongwangje, Chilseokje, Jeonghwasu Gido yang merupakan permohonan keselamatan dan kekayaan untuk negara, keluarga, dan desa.

Jadi, itulah penjelasan mengenai tradisi saat chilseok dibalik cerita dongeng Korea Gyeonwoo dan Jiknyeo. Banyak hal yang dapat dipetik dari cerita dongeng ini, seperti jangan terbuai akan sesuatu hal yang manis karena hal manis pun bisa berubah menjadi pahit. Maka, lakukanlah apa yang sudah menjadi tugasmu dan selesaikan! Jangan mengabaikan apalagi melupakan tugasmu karena itu akan membuat beban dipundakmu akan bertambah.

Sampai disini dulu ya, tunggu postingan blog ku selanjutnya~

Bye chingu!

Follow me on,
Instagram: @fauzistiana
Facebook: Istiana Fauzi
Twitter: @FauzIstiana10
Youtube: Istiana Fauzi

Source by: King Sejong Institute Center Indonesia (KSIC); 기탄열독클럽
Photo Credits by: @ksic.indonesia; @KTOJakarta; gayahidup.dreamers.id; en.wikipedia.org

Rabu, 12 Juni 2019

Peringatan Hari Keluarga di Korea: di Bulan Mei


      1)    Hari Orang Tua (eo-beo-i-nal)

     Jika di Indonesia ada Hari Ibu dan Hari Ayah secara terpisah, yaitu tanggal 22 Desember dan 22 November. Di Korea, ada Hari Orang Tua atau dalam Bahasa Korea disebut eo-beo-i-nal, dimana Hari Ibu dan Ayah tidak dipisah yang jatuh pada tanggal 8 Mei 1973. Peringatan Eobeoinal dibuat karena zaman dulu, penghormatan kepada orang tua dan leluhur sangat dijunjung tinggi oleh masyarakat Korea. Sebelum dinamakan Eobeoinal, hari peringatan ini merupakan Eomeoinal atau Hari Ibu yang ditetapkan pada tahun 1956. Sedangkan, di Indonesia Hari Ayah pertama kali dicetuskan pada tahun 2006 setelah para peserta lomba menulis surat untuk Hari Ibu di Solo, Jawa Tengah.
     Di Indonesia, untuk memperingati Hari Ibu, para anak akan membiarkan sang Ibu untuk beristirahat dari pekerjaan rumah. Sedangkan, di Korea Hari Orang Tua akan diperingati dengan cara anak-anak akan membuat Bunga Carnation (Anyelir) merah yang merupakan salah satu hadiah istimewa yang akan mereka berikan dan disematkan di pakaian orang tua mereka (di bagian dada sebelah kanan).
     Selain Bunga Carnation, anak-anak di Korea yang sudah memiliki penghasilan sendiri akan memberikan hadiah, seperti paket liburan, cek kesehatan, uang, dan hal lainnya. Anak-anak Korea juga bisa memberikan surat tanda kasih sayang mereka kepada orang tua mereka, contohnya seperti “Ayah dan Ibu, terima kasih dan aku cinta kalian”.

      2)    Hari Anak (eo-lin-i-nal)

     Indonesia dan Korea, sama-sama memiliki hari peringatan anak atau Hari Anak Nasional. Jika di Indonesia, diperingati pada tanggal 23 Juli, maka Korea diperingati pada tanggal 5 Mei. Berbeda dengan Indonesia, Hari Anak Nasional di Korea dirayakan secara spesial, karena termasuk sebagai salah satu Hari Libur Nasional atau tanggal merah.
     Awalnya Hari Anak di Korea ditetapkan pada tanggal 1 Mei, tapi karena tanggal tersebut bersamaan dengan Hari Buruh. Maka dipindahkan ke tanggal 5 Mei dan sejak tahun 1970-an, hari itu ditetapkan menjadi hari libur resmi nasional dengan harapan bahwa semua anak akan tumbuh dengan hati yang berani dan bijak tanpa diskriminasi.
     Kegiatan yang biasa dilakukan di Hari Anak adalah para orang tua akan membawa anak-anak mereka ke suatu tempat yang istimewa, seperti taman hiburan (Lotte World dan Everland) serta kebun binatang. Selain itu, kegiatan populer lainnya adalah piknik yang dilakukan di sepanjang Sungai Han dan biasanya mereka (keluarga) akan mendirikan tenda kecil sehingga dapat beristirahat dan menikmati makanan ringan, sementara anak-anak dapat bermain laying-layang atau naik sepeda.
     Banyak selebriti Korea, seperti Sehun EXO, Chanmi AOA, Kim Ki Ri, Oh Na Mi, Lee Su Ji, dan Kim Seung Hye yang juga ikut serta memperingati Hari Anak dengan menjadi sukarelawan untuk menghibur anak-anak di pusat kesejahteraan anak, Sunduk Home.

      3)    Hari Guru (seu-seung-ui-nal)

     Hari Guru di Korea diperingati setiap tanggal 15 Mei sejak tahun 1963. Di Korea, guru memegang peranan yang sangat berharga dan dihormati. Karena gurulah yang menjadi pilar dari sistem pendidikan. Oleh karenanya, ada istilah “Guru Setinggi Tuhan”.
     Dalam rangka memperingati Hari Guru, para siswa akan memberikan Bunga Anyelir (Carnation) sebagai bentuk penghargaan rasa hormat mereka. Setiap warna Bunga Anyelir juga memiliki makna yang berbeda-beda, seperti Anyelir putih yang berarti menunjukkan cinta yang murni dan keberuntungan, Anyelir merah terang yang berarti melambangkan kekaguman, Anyelir merah gelap yang berarti mewakili cinta yang mendalam dan kasih sayang. Anyelir ungu yang berarti menyiratkan ketidakteraturan, dan Anyelir pink yang berarti bentuk cinta abadi dari seorang Ibu.
     Selain pemberian Bunga Anyelir, para siswa akan memberikan kartu cinta yang dibuat oleh mereka kepada guru favorit. Dan juga ada pesta perayaan, dimana baik guru sekolah maupun dosen di perguruan tinggi akan diberikan penghargaan, terutama bagi mereka yang berprestasi. Tak ketinggalan, selama perayaan tuan rumah menyiapkan berbagai hidangan mahal di malam hari.
     Aku juga punya rekomendasi drama Korea yang wajib kamu tonton nih yang menceritakan kisah perjuangan guru, seperti Dream High, Master of Study, dan School 2013. Drama-drama tersebut bisa menginspirasimu untuk menjadi seorang pahlawan tanpa tanda jasa.

Follow me on
Youtube (https://www.youtube.com/channel/UCbuGabNtGiFnwUihjk0Ss_w)
Instagram (@fauzistiana)
Facebook (Istiana Fauzi)
Twitter (@FauzIstiana10)

sources: liputan6.com; ruangguru.com; korea.net; id.korean-culture.org; korenindo.net; visitkorea.or.id; kana247.com; ceritairma.com; ksi.jakarta; kcc.id














Selasa, 11 Juni 2019

Perempuan dalam Diplomasi: Mme. Retno L.P. Marsudi, Mme. Kang Kyung-wha, dan Diplomat Konsulat Jenderal RI di Johor Bahru, Malaysia


      1)    Mme. Retno L.P Marsudi (Menteri Luar Negeri Indonesia)

     Pada tanggal 08 April 2019, aku diberi kesempatan bertemu dengan Ibu Retno dalam acara “Millenials Talks with Foreign Ministers” di Gedung Kementerian Luar Negeri RI. Ibu Retno menjadi inspirasiku sebagai seorang Menlu setelah Bpk. Marty Natalegawa. Dalam acara tersebut, Ibu Retno bercerita bahwa ia sudah bercita-cita menjadi seorang diplomat sejak duduk di bangku kelas 3 SMA. Ibu Retno mengaku tertarik menjadi diplomat, saat ia melihat acara sebuah stasiun televisi yang menayangkan pertemuan diplomat dan orang-orang yang pergi ke luar negeri. Dimana, saat itu Ibu Retno ingin menjadi sosok perempuan diplomat, seperti Hillary Clinton.
     Awal karir Ibu Retno dimulai pada tahun 1990, sebagai staf penerangan di Kedutaan Besar Indonesia di Canberra, Australia. Saat ia bertugas disana, Canberra merupakan pos yang sangat keras karena masih ada masalah Timor Timur paska insiden Santa Cruz meletus di tahun 1991. Kemudian, pada tahun 1992 Ibu Retno sebagai seorang diplomat bertugas untuk mengurus isu yang memojokkan Indonesia karena pembantaian warga Timor Leste di Santa Cruz, Dili.
     Pada tahun 1997, karirnya pun terus mencuat ketika ia dikirim ke Belanda sebagai sekretaris bidang ekonomi di Kedutaan Besar RI di Den Haag, Belanda. Selain itu, Ibu Retno juga menjadi Direktur Eropa dan Amerika, dan pada usia 43 tahun ia menjadi Duta Besar Indonesia untuk Norwegia dan Islandia. Saat menjalankan tugasnya sebagai Duta Besar Indonesia di Norwegia, Ibu Retno mendapatkan penghargaan Order of Merit (Grand Officer – the Second Highest Decoration) sebagai bukti pencapaiannya dalam mempererat hubungan bilateral antara Indonesia dan Norwegia yang diberikan oleh Raja Nowergia dan menjadikannya sebagai orang Indonesia pertama yang menerima penghargaan dari Nowergia.
     Di tahun 2015, Ibu Retno juga mendapatkan penghargaan berupa medali Ridder Grootkruis in de Orde van Oranje-Nassau ketika menjadi Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda. Penghargaan ini diberikan karena ia telah berhasil meningkatkan hubungan bilateral antara Indonesia dan Belanda. Dimana, Raja Willem-Alexander der Nederlanden sendiri yang memberikan penghargaan tersebut kepada Ibu Retno.
     Tidak hanya itu, di tahun 2017 Ibu Retno juga mendapat penghargaan sebagai Agent of Change oleh Badan PBB untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women) dan Forum Kemitraan Global (GPF) dalam Sidang Majelis Umum (PBB). Dimana, UN Women dan GPF menyatakan, sebagai Menlu perempuan pertama di Indonesia, Menlu Retno adalah panutan dan inspirasi bagi jutaan perempuan di Indonesia dan dunia. Penghargaan tersebut merupakan upayanya dalam menyelesaikan persoalan Rohingya di Myanmar. Ibu Retno tidak hanya diterima oleh PM. Aung San Suu Kyi, tetapi juga Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar, U Min Aung Hlaing yang kerap disebut media sebagai otak kekerasan di Rakhine State, dan Penasihat Keamanan Nasional U Thaung Tun untuk meminta penghentian kekerasan dan mencari solusi terbaik. Dan langkah diplomasi ini pun juga mendapatkan pujian dari negara lain, seperti Turki.
“Investing in women equals to investing in peace, and I wish to see women around the globe empowered and become agents of peace, of tolerance and of prosperity”.

      2)    Mme. Kang Kyung-wha (Menteri Luar Negeri Korea)

     Dalam rangka kunjungan Menteri Luar Negeri Republik Korea, H.E Kang Kyung-wha ke Indonesia pada tanggal 08 April 2019. Aku juga diberi kesempatan bisa bertemu dengan beliau. Ternyata, sebelum menjadi seorang diplomat Menlu Korea, Mme. Kang adalah seorang diplomat yang melayani Pemerintah Korea Selatan dan PBB. Ia telah bertugas di pos-pos penting PBB sejak tahun 2006 dan merupakan satu-satunya orang yang diberi jabatan dalam organisasi oleh 3 Jenderal Sekretaris PBB berturut-turut sejak Kofi Annan menjabat.
     Sebelum bergabung dengan Kementerian Luar Negeri Korea, Mme. Kang membantu Ketua Majelis Nasional dalam Diplomasi Parlemen atau tepatnya di tahun 1998. Yang kemudian, di tahun berikutnya 1999, Mme. Kang mulai memasuki Kementerian Luar Negeri Korea.
Di tahun 2001, Mme. Kang menjabat sebagai Menteri di Misi Permanen Korea Selatan untuk PBB, dimana ia memimpin Komisi Status Perempuan. Hingga tahun 2005, Mme. Kang diangkat sebagai Direktur Jenderal Organisasi Internasional di Kementerian Luar Negeri dan menjadi diplomat wanita kedua yang melayani di tingkat direktur.
     Selama kepemimpinan Kofi Annan di PBB, Mme. Kang diangkat sebagai Wakil Komisaris Tinggi di Kantor Hak Asasi Manusia (HAM) PBB yang setara dengan posisi Wakil Sekretaris Jenderal PBB dan menjadikannya sebagai perempuan Korea pertama yang diberi posisi tertinggi dalam organisasi internasional. Yang kemudian, di tahun 2007 Mme. Kang mulai menjabat sebagai Wakil Komisaris Tinggi untuk HAM di tingkat Asisten Sekretaris Jenderal PBB.
     Lalu di tahun 2013, Mme. Kang diangkat oleh Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon sebagai Asisten Sekretaris Jenderal untuk Urusan Kemanusiaan dan Wakil Koordinator Bantuan Darurat di Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB dan setahun sebelum ia menjadi Menlu Korea atau di tahun 2016, ia diangkat sebagai Penasihat Senior Kebijakan untuk Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres.
     Baru di tahun 2017, Mme. Kang diangkat sebagai Menlu Korea di masa kepemimpinan Presiden Moon Jae-in dan menjadi perempuan pertama dan terbaik yang dinominasikan ke posisi Menlu Korea.
“I hope someday, come a time when being the first woman in anything isn’t news anymore”.

      3)    Para Diplomat di Konsulat Jenderal RI, Johor Bahru, Malaysia

     Saat aku melaksanakan program magang di KJRI Johor Bahru di tahun 2017. Aku magang di semua fungsi pelaksana KJRI, yaitu Ekonomi, Pensosbud, Imigrasi, dan Konsuler. Dimana, dua diantaranya di kepalai oleh seorang perempuan.
     Di tempat ini, aku banyak belajar tentang bagaimana cara menangani WNI/TKI yang tinggal di Malaysia. Mereka membuatku kagum dan bangga! Mereka tanpa kenal lelah membantu setiap permasalahan yang terjadi dengan WNI/TKI.
     Setiap momen yang kudapat disana takkan pernah kulupakan, ilmu yang kudapat disana takkan pernah ku sia-siakan. Aku bersyukur pernah menjadi bagian dari mereka. Dari mereka, aku menyadari dan membuktikan bahwa perempuan tidak hanya bisa masak atau bergelut sebagai ibu rumah tangga, tapi di dunia kerja yang biasanya di dominasi oleh laki-laki, ternyata perempuan juga bisa melakukannya bahkan bisa lebih unggul. Hanya satu kata yang dibutuhkan, yaitu tekad.


Follow me on
Youtube (https://www.youtube.com/channel/UCbuGabNtGiFnwUihjk0Ss_w)
Instagram (@fauzistiana)
Facebook (Istiana Fauzi)
Twitter (@FauzIstiana10)

Sources: femina.co.id; beritasatu.com; viva.co.id; sindonews.com; koreaherald.com; un.org; csis.org

Senin, 10 Juni 2019

Tempat Wisata di Korea (Lokasi Syuting Drama Korea)


     1)    Baekje Cultural Land

     Lokasi syuting drama Korea favoritku yang pertama adalah Baekje Cultural Land. Lokasi syuting drama yang dibintangi oleh Lee Junki, IU, dan aktor terkenal lainnya ini, yaitu Scarlet Heart Ryeo atau Moon Lovers hampir 60% berada di Baekje Cultural Land, sebuah tempat untuk mengenang segala budaya dan sejarah Kerajaan Baekje. Walaupun, cerita dalam drama Scarlet Heart Ryeo ini berlatarbelakang pada masa Kerajaan Goryeo.
     Di dalam Baekje Cultural Land terdapat istana yang memiliki nama Sabigung. Tidak hanya istana, di tempat ini juga dibangun kuil representatif dari Kerajaan Baekje yang bernama kuil Neungsa. Selain itu, di tempat ini juga ada Benteng Wiryeseong yang menjadi benteng pada masa Kerajaan Baekje di Era Hanseong.
     Saat melewati pintu gerbang yang bernama Daetongmun, pengunjung akan dibiarkan menikmati The Five-story Stone Pagoda. Selain menikmati suasana bagaikan kembali ke masa Kerajaan Baekje, sebuah resort bernama Lotte Buyeo Resort juga menawarkan berbagai program menarik, seperti program edukasi dan hiburan di tempat yang penuh budaya ini.
     Baekje Cultural Land terletak di Baekjemun-ro, Gyuam-myeon, Buyeo, Chungcheongnam-do, Korea Selatan.

      2)    The Garden of Morning Calm

     Lokasi syuting drama Korea favoritku yang kedua adalah The Garden of Morning Calm. Lokasi yang menjadi tempat syuting drama Korea, seperti Moonlight Drawn by Clouds, Ruler Master of The Mask, You Are Beautiful, dan I Am Not A Robot, hhmm dan mungkin masih ada lagi drama-drama Korea lainnya yang menjadikan tempat ini sebagai lokasi syutingnya (tapi yang aku tahu hanya itu saja hehe).
     The Garden of Morning Calm adalah sebuah kebun yang mempertunjukkan keindahan taman khas Korea melalui alam yang masih murni yang terletak di Gunung Chungcheongsan. Nama Morning Calm diambil dari puisi karya Sir Tagore dari India, yang menggambarkan Korea sebagai “A Land of The Morning Calm” dan dianggap sebagai kebun terbaik di Korea. Taman ini di desain oleh Profesor Han San-kyung dari Universitas Sahmyook pada tahun 1996 dengan ambisi untuk menyebarkan pengertian dan konsep bangsa Korea tentang keindahan. Taman ini adalah suatu ruang yang sangat artistik, yang didasarkan pada konsep asimetri dan keseimbangan.
     The Garden of Morning Calm dibagi menjadi 22 kebun yang memiliki tema dan makna yang berbeda di setiap bagiannya, di mana setiap kebun terhubung dengan petak bunga dan padang rumput hijau atau jalan setapak lainnya. Seperti, The Garden of Plants yang merupakan kebun bagi sekitar 1,000 spesies bunga yang ada dari seluruh Korea. Kemudian ada, Sukgeun Garden yang berbentuk menyerupai Semenanjung Korea, dimana di setiap sisi area ini tumbuh mekar bunga-bunga yang merepresentasikan keinginan untuk menyatukan Korea Selatan dan Korea Utara.
     Salah satu spot terpopuler di antara para turis adalah kolam Seohwayeon yang merupakan sebuah kebun air nan indah yang menjadi tempat syuting drama Korea. Taman ini mempunyai keindahan yang khas di setiap musimnya, seperti ketika di musim gugur, kamu dapat melihat area pegunungan yang berwarna indah yang ditutupi oleh daun berwarna-warni. Di musim semi, lembah beku akan meleleh ke dalam air yang mengalir dan terdengar suara nyanyian burng-burung. Di musim panas, pohon-pohon menjadi lebih hijau dan bunga-bunga abadi akan bermekaran. Di musim salju, setiap malamnya arboretum akan menampilkan cahaya warna-warni dengan tema yang berbeda di seluruh taman.
     The Garden of Morning Calm terletak di Sumogwon-ro, Sang-myeon, Gapyeong-gun, Gyeonggi-do, Korea Selatan.

      3)    Myeongdong

     Jika kota Jakarta memiliki Tanah Abang sebagai pusat perbelanjaan populer di Asia Tenggara, kota Seoul juga memiliki Myeongdong sebagai pusat perbelanjaan populer dan menjadi pusat kuliner tersibuk di Seoul yang wajib dikunjungi oleh wisatawan dalam atau luar negeri untuk mencoba berbagai macam makanan khas Korea.
     Di Myeongdong ada banyak pedagang yang bisa menyapa dengan beberapa bahasa asing dan ada banyak pula vendor makanan yang memberi penjelasan dalam bahasa Inggris, Cina, dan Jepang. Bahkan beberapa diantaranya bisa menggunakan bahasa Arab dan Melayu.
     Makanan yang dijual di Myeongdong yang paling terkenal dan wajib dicoba oleh wisatawan adalah makanan tradisionalnya, seperti Hotteok, pancake khas Korea yang di dalamnya terdapat isian gula, madu, atau kacang. Hotteok identik dengan kue musim dingin, dimana orang Korea biasanya menikmati Hotteok hangat ketika cuaca dingin.
Kemudian ada Gyeran Ppang, roti khas Korea dengan toppingan telur utuh yang dimasak setengah matang.
Lalu Bbopgi, cemilan manis yang terbuat dari baking soda dan gula merah.
Selanjutnya ada Eomuk, semacam fishcake yang direbus kemudian disajikan dengan kuah kaldu lobak dan biasanya ditambah dengan kecap asin.
Lalu Bungeoppang, roti berbentuk ikan yang mempunyai rasa manis dan bertekstur seperti waffle, di dalamnya berisi kacang merah.
Kemudian Dakkochi, sate ayam ala Korea yang memiliki dua varian rasa, yaitu bumbu saus manis dan pedas.
Dan yang terakhir adalah makanan khas Korea yang sudah sangat terkenal hingga mancanegara, yaitu Tteokbokki, kue beras yang dimasak dengan Gochujang dan ditambah dengan Odeng.
Tidak hanya makanan tradisional, Myeongdong juga ada makanan modern, seperti aneka jajanan seafood goreng atau disebut dengan Twigim. Di mana, hampir semua harga makanan tersebut dijual dengan harga 1,000 hingga 5,000 won (1,000 won = 13,000 ribu).
     Walaupun di Myeongdong selalu ramai pegunjung, tapi tidak ada sampah yang berserakan. Hal ini bisa terjadi karena ada aturan ketat tentang sampah di jalanan Myeongdong “tidak boleh membuang sampah sembarangan”. Jadi setelah makan, para pengunjung boleh mengembalikkan sampahnya kepada penjual di tempat mereka membeli makanan itu. Karena di setiap gerobak penjual dilengkapi dengan plastik untuk sampah.
     Myeongdong terletak di Myeongdong-gil, Jung-gu, Seoul, Korea Selatan.


Follow me on
Youtube (https://www.youtube.com/channel/UCbuGabNtGiFnwUihjk0Ss_w)
Instagram (@fauzistiana)
Facebook (Istiana Fauzi)
Twitter (@FauzIstiana10)

Sources: m.detik.com; idntimes.com; m.kumparan.com; KTO Jakarta; morningcalm.co.kr

Jumat, 07 Juni 2019

Pergerakan 1 Maret 1919 di Korea (March 1st Independence Movement)


     Sejarah kolonialisme Indonesia memiliki persamaan dengan Korea Selatan, yaitu sama-sama pernah dijajah oleh Jepang. Korea dijajah oleh Jepang selama 35 tahun (1910-1945), sedangkan Indonesia dijajah oleh Jepang selama 3 tahun (1942-1945). Walaupun, penjajahan Jepang ke Indonesia dan Korea memiliki perbedaan waktu yang cukup lama, yaitu 3 dan 35 tahun, namun penjajahan Jepang ini serasa 350 tahun lamanya, seperti saat Belanda menjajah Indonesia. Masa penjajahan Jepang, baik di Indonesia maupun di Korea, kedua negara sama-sama merasakan bagaimana kekejaman Jepang yang dengan tragis menindas, menyiksa, membunuh bahkan membantai para warga sipil dengan tidak memandang siapapun baik itu laki-laki ataupun perempuan, dewasa atau anak kecil.
     Ada persamaan, ada juga perbedaan antara Indonesia dengan Korea Selatan mengenai hari pergerakan kemerdekaan. Pada 1 Maret 1919 merupakan Hari Gerakan Kemerdekaan bangsa Korea terhadap penjajahan imperialis Jepang. Dimana saat itu berjuta-juta rakyat Korea melakukan pemberontakan nasional atau aksi protes atau demonstrasi damai yang menuntut kebebasan Korea dari genggaman kolonialisme Jepang. Namun, demonstrasi ‘damai’ ini berubah menjadi aksi ‘kekerasan’ atau perlawanan bersenjata. Dari data statistik resmi Jepang, terdapat sekitar 7,500 orang tewas, 6,000 orang luka-luka, dan 46,000 orang ditangkap selama 2 bulan dalam rangkaian demonstrasi mulai dari tanggal 1 Maret 1919.
     Gerakan 1 Maret disebut juga sebagai Demonstrasi Manse atau Samil Undong atau Samiljeol (sam yang berarti bulan ke-3 = maret dan il yang berarti tanggal pertama = 1). Selama kurang lebih 12 bulan sejak tanggal 1 Maret 1919, lebih dari 1,500 aksi demonstrasi dilakukan. Aksi dimulai oleh 33 orang penting dalam masyarakat atau para pemuka agama. Dimana, 33 orang penting ini menyatakan keinginannya untuk dapat memproklamasikan kemerdekaan Korea setelah 10 tahun (1910-1919) diduduki oleh Jepang dengan menandatangani dan membacakan teks proklamasi kemerdekaan Korea. Memulai gerakan 1 Maret di kota Seoul, kabar aksi ini kemudian menyebar luas ke seluruh daerah dan memicu aksi-aksi lainnya.

"Korea sebagai negara merdeka, menegaskan hak bawaan mereka untuk kebebasan dan kebangsaan, dan menyimpulkan bahwa tidak ada kekuatan di bumi yang dapat mencegah kebebasan Korea, dengan mengatakan itu adalah 'kehendak surga yang khusyuk' dan 'gelombang besar zaman kita'."

"Kami menyatakan bahwa Korea adalah sebuah negara berdaulat dan bahwa kami bangsa Korea adalah bangsa yang bebas. Kami menyatakan hal ini kepada dunia untuk mewujudkan kesetaraan derajat manusia dan juga untuk masa depan generasi Korea agar mereka secara terus menerus memelihara pemerintahan mereka sendiri."

     Latar belakang terjadinya Gerakan 1 Maret 1919 pun dimulai pada tahun 1910 saat Jepang menjajah Korea. Hal ini dikarenakan pada abad ke-19, Korea masih menolak untuk terbuka terhadap dunia Barat, seperti membangun hubungan diplomatik ataupun perdagangan. Seiring berjalannya waktu, lama kelamaan beberapa negara Asia yang memiliki ambisi imperialistik bersaing dengan negara-negara Eropa untuk meraih pengaruh atas Semenanjung Korea. Dan Jepang yang saat itu sudah mengalahkan Cina dan Rusia dari Perang Cina-Jepang dan juga Perang Rusia-Jepang, akhirnya mulai menganeksasi Korea secara paksa. Akibat dari aneksasi Jepang tersebut, maka pada tanggal 1 Maret 1919 seluruh masyarakat Korea, baik yang di dalam negeri maupun di luar negeri mulai melakukan aksi demonstrasi damai menuntut kemerdekaan Korea. Namun, aksi tersebut mendapat balasan dari Pemerintah Jepang dengan membunuh sampai membantai para demonstran tanpa ampun yang mengakibatkan kegagalan bagi pihak Korea.
     Sekalipun gerakan kemerdekaan tersebut tidak berhasil, namun hal itu telah menimbulkan suatu ikatan yang kuat diantara rakyat Korea, yaitu identitas nasional serta rasa patriotisme. Dimana, gerakan ini juga berfungsi sebagai suatu pengantar untuk mendirikan Pemerintah Sementara Korea di Shanghai, Cina, dan perjuangan bersenjata yang melawan kaum kolonial Jepang, yang dimulai di Manchuria.
     Dalam memperjuangkan kemerdekaan Korea dari penjajahan Jepang, terdapat 5 pahlawan yang dianugrahi bintang Jasa Bakti Nasional atas nama pemerintah, yaitu Kang Young-so yang membentuk kelompok gerakan bangsa Korea, Hengsadan dan Ahn Chang-ho. Kemudian, ada seorang perempuan muda bernama Yu Gwansun yang dengan berani pergi dari satu kampung ke kampung lainnya untuk menginformasikan mengenai aksi kemerdekaan di Seoul dan dialah yang memberikan bendera Korea (Taekgukgi) untuk diangkat saat aksi menuntut kemerdekaan Korea. Selain itu, ada juga seorang mantan budak seks Korea, yaitu Kim Bok-dong yang sampai saat ini masih berjuang untuk meminta pertanggungjawaban atas kejahatan Jepang kepada dirinya.
     Biasanya dalam memperingati Gerakan 1 Maret, setiap tahunnya warga Korea akan mengibarkan bendera, bergabung dalam pemeragaan prosesi 1 Maret dan meneriakkan kata ‘Manse!’ (Merdeka!) ketika mereka berbaris atau saat melakukan parade. Tanggal 1 Maret ini pun kemudian menjadi hari libur nasional yang ditetapkan pada tanggal 24 Mei 1949 untuk menghormati keberanian dan pengorbanan mereka yang bangkit melawan penindasan Jepang.
     Tidak hanya itu, warga Korea juga menghadiri pembacaan seremonial Deklarasi Kemerdekaan di Taman Pagoda Seoul, di mana deklarasi tersebut pertama kali dibaca untuk umum pada tahun 1919. Selain parade dan upacara, warga Korea juga akan mengunjungi situs bekas markas tentara Perang Korea di Seoul. Situs ini berisi pameran dari ribuan peralatan dan barang-barang lainnya yang menceritakan kisah sejarah militer Korea.
     Kemudian, warga Korea juga akan menelusuri Museum Nasional Korea yang memiliki 3 lantai pameran tentang sejarah dan budaya Korea. Di lantai pertama, memuat tentang sejarah kuno Korea. Di lantai kedua, lukisan dan kaligrafi Korea. Dan di lantai ketiga, terdapat pahatan dan kreasi kerajinan tangan Korea. Selanjutnya warga Korea juga akan melihat Taman Yongdusan di Busan. Di mana, taman ini terletak di gunung berhutan yang berbentuk seperti kepala naga, berisi Menara Busan, museum alat musik Korea dan pameran dengan perahu model, termasuk perahu layar internasional Korea.

     Dalam peringatan 100 tahun Hari Pergerakaan Samil pada tanggal 1 Maret 2019, upacara yang dilakukan lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya, di mana ada sekitar 20,000 orang yang hadir dari berbagai daerah di Korea dan dipimpin langsung oleh Presiden Moon Jae-in, upacara ini pun dilaksanakan di satu titik lokasi, yaitu di Gwanghwamun. Peringatan 100 tahun ini menjadi spesial karena di tahun-tahun sebelumnya upacara peringatan 1 Maret dilakukan di berbagai daerah di Korea, tidak seperti sekarang semua warga Korea berkumpul di Gwanghwamun.
     Selain di Korea, peringatan 100 tahun Pergerakan Samil juga dirayakan oleh warga Korea yang tinggal di Indonesia. Pergerakan 1 Maret ini diperingati dengan kegiatan Peace Parade yang berlangsung pada 3 Maret 2019 di Area Car Free Day (CFD) Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta. Dimana, kegiatan Peace Parade ini bisa diikuti oleh warga Indonesia juga (termasuk aku yang juga ikut parade tersebut). Peace Parade ini diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Korea di Indonesia. Oiyaa kegiatan parade ini, aku dan orang-orang yang hadir mendapatkan bendera Korea, kaos, topi, dan kipas yang berlambangkan peta Semenanjung Korea dan bertuliskan “Korea”.
          
     Pada tanggal 15 dan 16 Maret 2019, Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) juga memperingati 100 tahun Pergerakan Samil dengan mengadakan Festival Peringatan 100 Tahun Pergerakan 1 Maret & Pemerintahan Sementara Korea “Back to 1919” di Gedung Equity Tower, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta (aku pun juga mengikuti kegiatan acara ini). Acara ini diisi dengan berbagai kegiatan, seperti menggambar bendera Korea (Taegukgi) di Ecobag, melukis di wajah (face painting), membuat pin dengan gambar hasil karya sendiri, seminar mini dengan tema “100 Tahun Pergerakan 1 Maret”, lomba permainan tradisional Korea (Tuho dan Jegi Chaegi), membuat kipas bunga Korea (Mugunghwa), zona foto “Back to 1919”, dan pameran karya pemenang kompetisi poster dan ilustrasi “100 Tahun Pergerakan 1 Maret & Pembentukan Pemerintahan Sementara”. Semua rangkaian kegiatan ini bisa diikuti oleh semua orang dan hasilnya pun bisa dibawa pulang. Oiyaa dalam lomba permainan tradisional Korea, yaitu Tuho, aku menjadi pemenangnya, baik di ronde pertama dan terakhir, jadi dapet dua hadiah deh hehe.

Follow me on
Youtube (https://www.youtube.com/channel/UCbuGabNtGiFnwUihjk0Ss_w)
Instagram (@fauzistiana)
Facebook (Istiana Fauzi)
Twitter (@FauzIstiana10)

Source: Korea: Dulu & Sekarang; migrantok.org; @koremb.idn; world.kbs.co.kr; kumparan.com; inikpop; habkorea.net; publicholidays.co.kr; asaa.asn.au; KTO; Kim Cheol