Jumat, 07 Juni 2019

Pergerakan 1 Maret 1919 di Korea (March 1st Independence Movement)


     Sejarah kolonialisme Indonesia memiliki persamaan dengan Korea Selatan, yaitu sama-sama pernah dijajah oleh Jepang. Korea dijajah oleh Jepang selama 35 tahun (1910-1945), sedangkan Indonesia dijajah oleh Jepang selama 3 tahun (1942-1945). Walaupun, penjajahan Jepang ke Indonesia dan Korea memiliki perbedaan waktu yang cukup lama, yaitu 3 dan 35 tahun, namun penjajahan Jepang ini serasa 350 tahun lamanya, seperti saat Belanda menjajah Indonesia. Masa penjajahan Jepang, baik di Indonesia maupun di Korea, kedua negara sama-sama merasakan bagaimana kekejaman Jepang yang dengan tragis menindas, menyiksa, membunuh bahkan membantai para warga sipil dengan tidak memandang siapapun baik itu laki-laki ataupun perempuan, dewasa atau anak kecil.
     Ada persamaan, ada juga perbedaan antara Indonesia dengan Korea Selatan mengenai hari pergerakan kemerdekaan. Pada 1 Maret 1919 merupakan Hari Gerakan Kemerdekaan bangsa Korea terhadap penjajahan imperialis Jepang. Dimana saat itu berjuta-juta rakyat Korea melakukan pemberontakan nasional atau aksi protes atau demonstrasi damai yang menuntut kebebasan Korea dari genggaman kolonialisme Jepang. Namun, demonstrasi ‘damai’ ini berubah menjadi aksi ‘kekerasan’ atau perlawanan bersenjata. Dari data statistik resmi Jepang, terdapat sekitar 7,500 orang tewas, 6,000 orang luka-luka, dan 46,000 orang ditangkap selama 2 bulan dalam rangkaian demonstrasi mulai dari tanggal 1 Maret 1919.
     Gerakan 1 Maret disebut juga sebagai Demonstrasi Manse atau Samil Undong atau Samiljeol (sam yang berarti bulan ke-3 = maret dan il yang berarti tanggal pertama = 1). Selama kurang lebih 12 bulan sejak tanggal 1 Maret 1919, lebih dari 1,500 aksi demonstrasi dilakukan. Aksi dimulai oleh 33 orang penting dalam masyarakat atau para pemuka agama. Dimana, 33 orang penting ini menyatakan keinginannya untuk dapat memproklamasikan kemerdekaan Korea setelah 10 tahun (1910-1919) diduduki oleh Jepang dengan menandatangani dan membacakan teks proklamasi kemerdekaan Korea. Memulai gerakan 1 Maret di kota Seoul, kabar aksi ini kemudian menyebar luas ke seluruh daerah dan memicu aksi-aksi lainnya.

"Korea sebagai negara merdeka, menegaskan hak bawaan mereka untuk kebebasan dan kebangsaan, dan menyimpulkan bahwa tidak ada kekuatan di bumi yang dapat mencegah kebebasan Korea, dengan mengatakan itu adalah 'kehendak surga yang khusyuk' dan 'gelombang besar zaman kita'."

"Kami menyatakan bahwa Korea adalah sebuah negara berdaulat dan bahwa kami bangsa Korea adalah bangsa yang bebas. Kami menyatakan hal ini kepada dunia untuk mewujudkan kesetaraan derajat manusia dan juga untuk masa depan generasi Korea agar mereka secara terus menerus memelihara pemerintahan mereka sendiri."

     Latar belakang terjadinya Gerakan 1 Maret 1919 pun dimulai pada tahun 1910 saat Jepang menjajah Korea. Hal ini dikarenakan pada abad ke-19, Korea masih menolak untuk terbuka terhadap dunia Barat, seperti membangun hubungan diplomatik ataupun perdagangan. Seiring berjalannya waktu, lama kelamaan beberapa negara Asia yang memiliki ambisi imperialistik bersaing dengan negara-negara Eropa untuk meraih pengaruh atas Semenanjung Korea. Dan Jepang yang saat itu sudah mengalahkan Cina dan Rusia dari Perang Cina-Jepang dan juga Perang Rusia-Jepang, akhirnya mulai menganeksasi Korea secara paksa. Akibat dari aneksasi Jepang tersebut, maka pada tanggal 1 Maret 1919 seluruh masyarakat Korea, baik yang di dalam negeri maupun di luar negeri mulai melakukan aksi demonstrasi damai menuntut kemerdekaan Korea. Namun, aksi tersebut mendapat balasan dari Pemerintah Jepang dengan membunuh sampai membantai para demonstran tanpa ampun yang mengakibatkan kegagalan bagi pihak Korea.
     Sekalipun gerakan kemerdekaan tersebut tidak berhasil, namun hal itu telah menimbulkan suatu ikatan yang kuat diantara rakyat Korea, yaitu identitas nasional serta rasa patriotisme. Dimana, gerakan ini juga berfungsi sebagai suatu pengantar untuk mendirikan Pemerintah Sementara Korea di Shanghai, Cina, dan perjuangan bersenjata yang melawan kaum kolonial Jepang, yang dimulai di Manchuria.
     Dalam memperjuangkan kemerdekaan Korea dari penjajahan Jepang, terdapat 5 pahlawan yang dianugrahi bintang Jasa Bakti Nasional atas nama pemerintah, yaitu Kang Young-so yang membentuk kelompok gerakan bangsa Korea, Hengsadan dan Ahn Chang-ho. Kemudian, ada seorang perempuan muda bernama Yu Gwansun yang dengan berani pergi dari satu kampung ke kampung lainnya untuk menginformasikan mengenai aksi kemerdekaan di Seoul dan dialah yang memberikan bendera Korea (Taekgukgi) untuk diangkat saat aksi menuntut kemerdekaan Korea. Selain itu, ada juga seorang mantan budak seks Korea, yaitu Kim Bok-dong yang sampai saat ini masih berjuang untuk meminta pertanggungjawaban atas kejahatan Jepang kepada dirinya.
     Biasanya dalam memperingati Gerakan 1 Maret, setiap tahunnya warga Korea akan mengibarkan bendera, bergabung dalam pemeragaan prosesi 1 Maret dan meneriakkan kata ‘Manse!’ (Merdeka!) ketika mereka berbaris atau saat melakukan parade. Tanggal 1 Maret ini pun kemudian menjadi hari libur nasional yang ditetapkan pada tanggal 24 Mei 1949 untuk menghormati keberanian dan pengorbanan mereka yang bangkit melawan penindasan Jepang.
     Tidak hanya itu, warga Korea juga menghadiri pembacaan seremonial Deklarasi Kemerdekaan di Taman Pagoda Seoul, di mana deklarasi tersebut pertama kali dibaca untuk umum pada tahun 1919. Selain parade dan upacara, warga Korea juga akan mengunjungi situs bekas markas tentara Perang Korea di Seoul. Situs ini berisi pameran dari ribuan peralatan dan barang-barang lainnya yang menceritakan kisah sejarah militer Korea.
     Kemudian, warga Korea juga akan menelusuri Museum Nasional Korea yang memiliki 3 lantai pameran tentang sejarah dan budaya Korea. Di lantai pertama, memuat tentang sejarah kuno Korea. Di lantai kedua, lukisan dan kaligrafi Korea. Dan di lantai ketiga, terdapat pahatan dan kreasi kerajinan tangan Korea. Selanjutnya warga Korea juga akan melihat Taman Yongdusan di Busan. Di mana, taman ini terletak di gunung berhutan yang berbentuk seperti kepala naga, berisi Menara Busan, museum alat musik Korea dan pameran dengan perahu model, termasuk perahu layar internasional Korea.

     Dalam peringatan 100 tahun Hari Pergerakaan Samil pada tanggal 1 Maret 2019, upacara yang dilakukan lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya, di mana ada sekitar 20,000 orang yang hadir dari berbagai daerah di Korea dan dipimpin langsung oleh Presiden Moon Jae-in, upacara ini pun dilaksanakan di satu titik lokasi, yaitu di Gwanghwamun. Peringatan 100 tahun ini menjadi spesial karena di tahun-tahun sebelumnya upacara peringatan 1 Maret dilakukan di berbagai daerah di Korea, tidak seperti sekarang semua warga Korea berkumpul di Gwanghwamun.
     Selain di Korea, peringatan 100 tahun Pergerakan Samil juga dirayakan oleh warga Korea yang tinggal di Indonesia. Pergerakan 1 Maret ini diperingati dengan kegiatan Peace Parade yang berlangsung pada 3 Maret 2019 di Area Car Free Day (CFD) Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta. Dimana, kegiatan Peace Parade ini bisa diikuti oleh warga Indonesia juga (termasuk aku yang juga ikut parade tersebut). Peace Parade ini diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Korea di Indonesia. Oiyaa kegiatan parade ini, aku dan orang-orang yang hadir mendapatkan bendera Korea, kaos, topi, dan kipas yang berlambangkan peta Semenanjung Korea dan bertuliskan “Korea”.
          
     Pada tanggal 15 dan 16 Maret 2019, Korean Cultural Center Indonesia (KCCI) juga memperingati 100 tahun Pergerakan Samil dengan mengadakan Festival Peringatan 100 Tahun Pergerakan 1 Maret & Pemerintahan Sementara Korea “Back to 1919” di Gedung Equity Tower, Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta (aku pun juga mengikuti kegiatan acara ini). Acara ini diisi dengan berbagai kegiatan, seperti menggambar bendera Korea (Taegukgi) di Ecobag, melukis di wajah (face painting), membuat pin dengan gambar hasil karya sendiri, seminar mini dengan tema “100 Tahun Pergerakan 1 Maret”, lomba permainan tradisional Korea (Tuho dan Jegi Chaegi), membuat kipas bunga Korea (Mugunghwa), zona foto “Back to 1919”, dan pameran karya pemenang kompetisi poster dan ilustrasi “100 Tahun Pergerakan 1 Maret & Pembentukan Pemerintahan Sementara”. Semua rangkaian kegiatan ini bisa diikuti oleh semua orang dan hasilnya pun bisa dibawa pulang. Oiyaa dalam lomba permainan tradisional Korea, yaitu Tuho, aku menjadi pemenangnya, baik di ronde pertama dan terakhir, jadi dapet dua hadiah deh hehe.

Follow me on
Youtube (https://www.youtube.com/channel/UCbuGabNtGiFnwUihjk0Ss_w)
Instagram (@fauzistiana)
Facebook (Istiana Fauzi)
Twitter (@FauzIstiana10)

Source: Korea: Dulu & Sekarang; migrantok.org; @koremb.idn; world.kbs.co.kr; kumparan.com; inikpop; habkorea.net; publicholidays.co.kr; asaa.asn.au; KTO; Kim Cheol

Tidak ada komentar:

Posting Komentar