Selasa, 04 Juni 2019

Tradisi Pemakaman di Korea

     Dalam tradisi Korea Selatan, upacara pemakaman menjadi salah satu hal yang paling penting di Korea. Dimana, persemayaman jenazah dan upacara pemakaman bisa dilangsungkan selama tiga sampai tujuh hari, dan setelahnya keluarga yang ditinggalkan akan tetap berkabung selama tiga tahun.  Tempat dilakukannya upacara pemakaman, disebut dengan Jangraeshikjang, yaitu sebuah rumah duka yang biasanya berada di kawasan Rumah Sakit tertentu. Hal ini dilakukan agar bisa mempercepat proses persiapan pemakaman di hari yang sama dengan hari kematian.
     Pada saat upacara pemakaman, para tamu yang datang akan mengucapkan salam terlebih dahulu kepada keluarga mendiang, kemudian barulah para tamu dapat memberi salam penghormatan pada mendiang dengan berdoa di depan peti mati (foto mendiang). Tamu dapat melakukan Jeol atau meletakkan lutut dan tangannya di lantai dan kemudian membungkuk ke depan. Hal ini dilakukan sebanyak dua kali sebagai tanda penghormatan. Setelahnya, para tamu harus membakar dupa dan membungkuk kecil tanpa berlutut (untuk laki-laki) dan (untuk wanita) cukup dengan duduk bersila lalu membungkuk di atas kaki mereka, satu kali untuk keluarga.
     Begitu pertemuan dan penghormatan pada keluarga selesai, para tamu dibawa ke ruang makan, dimana mereka duduk di meja tradisional lalu berbagi makanan dan minuman. Pada momen itu, mereka akan berbagi cerita dan menghormati kenangan terhadap orang yang telah meninggal.
Minuman bir dan soju pun menjadi suguhan agar suasana hati tidak terus berduka. Mereka mencoba mengingat mendiang dengan cara merayakan hidupnya, bukan sebagai kejadian yang sangat menyedihkan.
     Dalam tradisi upacara pemakaman di Korea, pakaian yang dikenakan oleh para tamu atau keluarga juga memiliki ciri khasnya. Baik tamu ataupun keluarga, pakaian yang digunakan seperti Hanbok atau modern harus berwarna gelap atau hitam ataupun bisa juga putih dan khusus wanita, diminta untuk tidak menggunakan perhiasan dan riasan.
Kerabat laki-laki dapat memakai ban lengan dan topi khusus yang terbuat dari goni. Hal tersebut memungkinkan anggota keluarga laki-laki mudah diidentifikasi atau dikenali sebagai kerabat mendiang.
     Seperti halnya tradisi upacara pemakaman di Indonesia, di Korea juga terdapat tradisi memberikan donasi berupa uang untuk meringankan beban biaya pemakaman atau keluarga yang ditinggalkan. Uang donasi harus selalu ada di dalam amplop putih, dengan menandai nama mereka di amplop. Biasanya, akan ada kotak merah (Bujoham) dan para tamu dapat memberikan donasi mereka di kotak tersebut.
     Pada hari terakhir atau pemakaman, jenazah dibawa ke kuburan (di zaman dulu). Namun, saat ini masyarakat Korea kebanyakan memilih untuk mengkremasi mendiang ke krematorium. 
Dimana, abu hasil kremasi biasanya diletakkan dalam wadah dan ditempatkan di gedung yang khusus untuk menyimpan abu-abu tersebut agar tetap bisa dikunjungi sewatu-waktu atau pada zaman kerajaan, jenazah dibakar dan abunya akan dibuang ke laut, seperti di drama Scarlet Heart Ryeo.
Kremasi dipilih karena kurangnya lahan untuk pengkuburan terlebih di kota-kota besar, seperti di Seoul, Busan, dan Incheon. Alasan lainnya juga karena merawat kuburan akan memakan banyak waktu dan biaya.

Follow me on
Youtube (https://www.youtube.com/channel/UCbuGabNtGiFnwUihjk0Ss_w)
Instagram (@fauzistiana)
Facebook (Istiana Fauzi)
Twitter (@FauzIstiana10)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar