Dalam tradisi Korea
Selatan, upacara pemakaman menjadi salah satu hal yang paling penting di Korea.
Dimana, persemayaman jenazah dan upacara pemakaman bisa dilangsungkan selama
tiga sampai tujuh hari, dan setelahnya keluarga yang ditinggalkan akan tetap
berkabung selama tiga tahun. Tempat
dilakukannya upacara pemakaman, disebut dengan Jangraeshikjang, yaitu sebuah rumah duka yang biasanya berada di
kawasan Rumah Sakit tertentu. Hal ini dilakukan agar bisa mempercepat proses persiapan
pemakaman di hari yang sama dengan hari kematian.
Pada saat upacara
pemakaman, para tamu yang datang akan mengucapkan salam terlebih dahulu kepada
keluarga mendiang, kemudian barulah para tamu dapat memberi salam penghormatan
pada mendiang dengan berdoa di depan peti mati (foto mendiang). Tamu dapat
melakukan Jeol atau meletakkan lutut
dan tangannya di lantai dan kemudian membungkuk ke depan. Hal ini dilakukan
sebanyak dua kali sebagai tanda penghormatan. Setelahnya, para tamu harus
membakar dupa dan membungkuk kecil tanpa berlutut (untuk laki-laki) dan (untuk
wanita) cukup dengan duduk bersila lalu membungkuk di atas kaki mereka, satu
kali untuk keluarga.
Begitu pertemuan dan
penghormatan pada keluarga selesai, para tamu dibawa ke ruang makan, dimana
mereka duduk di meja tradisional lalu berbagi makanan dan minuman. Pada momen
itu, mereka akan berbagi cerita dan menghormati kenangan terhadap orang yang
telah meninggal.
Minuman bir dan soju pun
menjadi suguhan agar suasana hati tidak terus berduka. Mereka mencoba mengingat
mendiang dengan cara merayakan hidupnya, bukan sebagai kejadian yang sangat
menyedihkan.
Dalam tradisi upacara
pemakaman di Korea, pakaian yang dikenakan oleh para tamu atau keluarga juga
memiliki ciri khasnya. Baik tamu ataupun keluarga, pakaian yang digunakan
seperti Hanbok atau modern harus
berwarna gelap atau hitam ataupun bisa juga putih dan khusus wanita, diminta
untuk tidak menggunakan perhiasan dan riasan.
Kerabat laki-laki dapat memakai
ban lengan dan topi khusus yang terbuat dari goni. Hal tersebut memungkinkan
anggota keluarga laki-laki mudah diidentifikasi atau dikenali sebagai kerabat
mendiang.
Seperti halnya tradisi
upacara pemakaman di Indonesia, di Korea juga terdapat tradisi memberikan
donasi berupa uang untuk meringankan beban biaya pemakaman atau keluarga yang
ditinggalkan. Uang donasi harus selalu ada di dalam amplop putih, dengan
menandai nama mereka di amplop. Biasanya, akan ada kotak merah (Bujoham) dan para tamu dapat memberikan
donasi mereka di kotak tersebut.
Pada hari terakhir atau
pemakaman, jenazah dibawa ke kuburan (di zaman dulu). Namun, saat ini masyarakat
Korea kebanyakan memilih untuk mengkremasi mendiang ke krematorium.
Dimana, abu
hasil kremasi biasanya diletakkan dalam wadah dan ditempatkan di gedung yang
khusus untuk menyimpan abu-abu tersebut agar tetap bisa dikunjungi sewatu-waktu
atau pada zaman kerajaan, jenazah dibakar dan abunya akan dibuang ke laut,
seperti di drama Scarlet Heart Ryeo.
Kremasi dipilih karena kurangnya lahan
untuk pengkuburan terlebih di kota-kota besar, seperti di Seoul, Busan, dan
Incheon. Alasan lainnya juga karena merawat kuburan akan memakan banyak waktu
dan biaya.
Follow me on
Youtube (https://www.youtube.com/channel/UCbuGabNtGiFnwUihjk0Ss_w)
Instagram (@fauzistiana)
Facebook (Istiana Fauzi)
Twitter (@FauzIstiana10)
Twitter (@FauzIstiana10)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar